Marah Pada Tuhan Atau?
https://immanuelgarut.blogspot.com/2015/10/marah-pada-tuhan.html
Bacaan : Ratapan 5:1-22
“Mengapa Engkau melupakan kami selama-lamanya, meninggalkan kami demikian lama? ….
Apa Engkau sudah membuang kami sama sekali?” (Ratapan 5:20, 22)
Melihat kondisi bangsa dan negara yang kita cintai, pernahkah anda marah, jengkel, mengeluh pada Tuhan? Menuduh-Nya tidak peduli? Perasaan yang sama pernah dialami oleh nabi Yeremia ketika ia melihat keadaan kota Yerusalem dan bangsanya yang hancur.
Alkitab tidak menutupi kebobrokan umat Tuhan. Dalam doa Yeremia, kita diberitahu seperti apa kondisi yang ia tangisi saat itu (bandingkan dengan negara kita). Bangsanya terhina oleh bangsa lain dan asetnya dikuasai orang asing (ayat 1-2). Ada banyak anak yatim dan janda. Terjadi kekurangan air dan bahan bakar (ayat 3-4). Mereka harus bekerja lebih keras dan terpaksa minta bantuan negara asing (ayat 9-11), dan seterusnya. Mengapa Tuhan membiarkan semua ini?
Yeremia mengeluh dengan satu kesadaran yang kuat: inilah murka Tuhan akibat dosa (ayat 16, 22). Tuhan sudah sangat bersabar dengan Isrel, tetapi mereka tidak bertobat. Yeremia datang sebagai bagian dari bangsanya itu. Di tengah perasaan yang campur aduk, ia mengakui dosa bangsanya dan memohon belas kasihan Tuhan (ayat 21).
Melihat berita di koran atau televisi hari ini, biarlah tidak hanya rasa marah, jengkel dan keluhan yang menguasai kita, tetapi juga kengerian akan akibat dosa! Sadarilah betapa murkanya Tuhan terhadap dosa. Umat pilihan pun dihukum-Nya! Ketika berdosa atau melihat dosa di sekitar kita, datanglah pada Tuhan, memohon pengampunan dan belas kasihan-Nya.
Apa tanggapan yang tepat saat dosa merebak dalam masyarakat?
Marah pada Tuhan atau memohon belas kasihan-Nya?